Montero Nuel

Kenapa Hujan dan Macet Bikin Kita Balik ke Zaman Batu?
Feb 19
2 min read
1
14
0
Gue pernah perhatiin satu fenomena unik di Jakarta: setiap hujan atau macet, orang-orang langsung berubah. Yang tadinya ngobrol santai soal skincare atau kuliner kekinian, tiba-tiba berubah jadi makhluk yang ngeluarin semua amarahnya di jalan. Klakson dibunyikan tanpa ampun, sopir saling serobot, dan pejalan kaki cuma bisa pasrah diteriakin kayak bola pingpong. Sebuah perubahan yang cukup drastis, ya?
Kalau kita gali lebih dalam, sebenarnya ini bukan cuma soal jalanan yang padat atau cuaca yang gak bersahabat. Ini tentang insting bertahan hidup yang muncul secara otomatis. Bayangin nenek moyang kita zaman prasejarah. Kalau hujan turun, mereka bakal buru-buru nyari tempat berteduh biar gak kedinginan atau disambar petir. Nah, otak kita sampai sekarang masih punya refleks yang sama. Bedanya, kalau dulu tempat berteduh adalah gua batu, sekarang tempat berteduh itu kasur empuk sambil nonton serial favorit.
Pas macet, efeknya malah lebih parah. Otak langsung masuk mode kompetisi. Ini kayak survival of the fittest versi modern. Kalau gak nyerobot atau gak cepet ambil celah, kita bakal stuck di posisi yang sama. Makanya, muncul perilaku serakah—setiap orang pengen jadi yang pertama. Gak peduli aturan, etika, atau bahkan perasaan orang lain. Yang penting, “Gue duluan.” Kalau dipikir-pikir, ya mirip sama hewan di alam liar yang rebutan makanan.
Yang lebih absurd lagi, kalau kita ngeliat perilaku ini setelah hujan atau macet beres, kebanyakan orang balik normal secepat kilat. Mereka udah gak serobot jalur atau ngotot duluan masuk lampu merah. Artinya, perilaku ini bukan bagian dari kepribadian mereka sehari-hari. Ini cuma efek insting yang muncul pas lagi situasi “berbahaya.” Yang menarik, sadar atau gak, kita semua sebenarnya terjebak di pola ini.
Solusinya? Mungkin kita perlu satu hal yang simpel tapi sering dilupain: empati. Coba deh, pas lagi macet atau hujan, tarik napas sebentar dan tanya ke diri sendiri, “Apa gue bikin hidup orang lain lebih susah?” Kalau kita bisa mikir kayak gitu, kemungkinan besar kita bakal lebih sabar, lebih sadar, dan gak gampang ke-trigger buat nyerobot atau marah-marah gak jelas.
Intinya, setiap hujan atau macet, kita selalu punya pilihan: mau jadi manusia modern yang sabar atau Homo Sapiens yang lagi perang survival. Karena sejujurnya, dunia ini gak butuh lebih banyak suara klakson atau muka stres di jalan. Yang dibutuhin cuma lebih banyak senyum dan pengertian. Dan siapa tahu, perjalanan kita jadi lebih lancar dengan itu.